Monday, December 19

Untitled

Di suatu masa, gue sering ngeliat orang-orang yang merugi. Manusia yang berbondong-bondong justru menyalahgunakan suatu nikmat besar ― yang sebenarnya belum mereka sadari. Manusia yang justru menganggap setiap hembus nafas yang mereka hirup itu, merupakan kesialan yang harus segera diakhiri. Manusia labil yang belum bisa mengendalikan Emotional Quotient mereka. Manusia bodoh yang masih membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa membuka mata, hati, dan telinganya.
Mereka menganggap hidup ini adalah sebuah petaka. Dimana masalah tidak akan pernah berhenti menyerang sampai tiba saat kontrak hidup mereka berakhir. Dimana setiap inch jalan yang mereka tapaki, merupakan kesialan-kesialan lain yang diciptakan oleh hidup itu sendiri. Dimana pilihan yang mereka ambil, berkesan selalu salah dan justru semakin memperpuruk keadaan yang tadinya sudah rumit, menjadi makin rumit. Pernah merasa yang seperti itu? Yes, I do. Salah kah? Tentu aja enggak. Ini yang dinamakan proses kehidupan. Nggak selamanya kita di bawah, dan ada nggak selamanya pula kita di atas.
Pernah kan kalian mendengar keluh kesah orang yang berkeinginan mengakhiri semua hidupnya hanya dikarenakan masalah-masalah yang mereka anggap sangatlah rumit, padahal sebenernya masalah itu belum ada apa-apanya dibanding masalah orang lain? Pernah kalian menemukan orang yang sudah putus asa menjalani hidup dikarenakan mereka beranggapan bahwa hidup itu terlalu kejam? Atau mungkin saja, kalian termasuk kategori orang seperti itu? Buka mata kalian, buka hati, buka telinga. Coba perhatiin sekeliling kalian. Kalian pikir cuma kalian satu-satunya makhluk Tuhan yang punya masalah? Enggak! Semua orang punya masalah, sekecil apa pun itu.
Gue paling gak suka ngeliat orang yang gampang patah semangat, just like “gue mau mati aja. Gue capek begini terus. Buat apa gue hidup kalo gue gak pernah ditakdirin buat bahagia?” oh come on guys. Coba inget-inget kebahagiaan apa aja yang udah pernah lo rasain selama ini. Bisa dideskripsikan satu-satu? Enggak kan? Tau kenapa? Karena mereka terlalu banyak. Sadarin gimana orang-orang di sekeliling lo berusaha mati-matian untuk selalu ada buat lo. Orang tua lo, adik adik lo, kakak kakak lo, keluarga lo, temen-temen terbaik lo, dan mungkin pasangan lo. Mereka semua pengen ngeliat lo tegar, mengetahui kalo lo cukup kuat ngadepin ini semua. Masalah lo gak seberat yang lo bayangkan, apalagi lo punya mereka, beban-beban itu bahkan cuma menyerupai kabut.
Udah berapa lama sih ngejalanin hidup? Pernah menyesal dilahirkan ke dunia? Pernah menyesal udah berfikir kalo lo nyesel dilahirkan ke dunia? Gue ngalamin dua-duanya. Tapi itu dulu, sekarang enggak lagi. Pikiran gue udah bener-bener berubah semenjak gue masuk ke jenjang kelas 11. Gue sadar banyak orang di sekeliling gue yang sayang sama gue. Gue sadar nikmat yang dikasih Allah itu bener-bener melimpah. Gue punya keluarga yang sempurna, gue punya temen-temen yang mengagumkan, gue punya kehidupan yang mengasyikkan, dan gue punya sosok laki2 yang sabar banget ngadepin kelabilan gue ini. Oke untuk kalimat yang terakhir itu udah gak berlaku, sekarang gak ada lagi dia. But it’s ok, I’m fine. Masih punya banyak tokoh yang bisa ngebantu nopang gue berdiri waktu gue lagi sakit :D Yah pokoknya hidup yang sempurna lah. Gue gak cantik, gue gak gaul, gue gak kaya, dan gue juga gak pinter. Tapi setidaknya gue bisa menyadari kalo hidup ini indah, gue bisa menyadari kalo kesempurnaan itu hadir dari bagaimana kita mensyukuri semua yang ada.
Akhir kata, a bunch of thanks buat kalian yang udah mencetak beribu tawa dan air mata. Buat kalian yang udah menopang supaya gue tetep berpijak di bumi ini. Buat kalian yang selalu ada di saat gue harus menentukan segala-galanya sendiri. Buat kalian yang senantiasa ngasih semangat dan gak pernah lelah berkata, ‘semua akan baik-baik aja’. Buat kalian yang udah berhasil nyadarin gue akan satu hal yang belum tentu orang lain bisa sadari ― bahwa setiap ciptaanNya gak akan pernah sendiri, bahwa masing-masing dari kita pasti memiliki ‘kalian’ yang akan membuat kita gak akan pernah letih buat berjuang.
Read More