Sunday, June 1

Karena Opini Bebas dari Kata Salah

Beberapa hari yang lalu, saya berbincang dengan kerabat yang sudah lama tidak saya jumpai. Dari sekian banyaknya hal yang kami perbincangkan, saya paling ingat kalau dia tiba-tiba berbicara seperti ini, "pengen deh punya pacar, tapi males kalo inget masa depan, tapi pengen punya sosok yang peduli sama kita". Saya refleks tertegun. Bukan karena apa-apa, tapi karena tipe seseorang seperti dia bukan sosok yang cocok untuk meresahkan persoalan masa depan, hahaha. Enggak, kata-kata itu gak menyentuh hati saya. Justru, akuilah, terlalu naif berbicara mengenai pacar, masa depan, dan sosok yang mampu mempedulikan kita dalam satu garis kausalitas.

Pertama, pacar. Ya, subjek utama dari serangkain kutipan tadi itu sudah jelas mengenai pacar. Apasih sebenernya pacar itu? Saya juga gak paham, dan saya yakin jawabannya pun relatif. Tergantung kepribadian orang yang jawab, dan dari sudut pandang mana dia menilik. Teman saya--panggil saja X--pernah berkata, "halah yang ki opo to? ra ceto. nek wis nikah gek wis enek surat, wis tercatat karo negara, ndue cincin nggo pengikat. iku baru isoh dipermasalahke. lho iki? ora usah dipermasalahke, soale nek kui wis jelas-jelas masalah". "Alah pacar tuh apa sih? Gak jelas. Kalo udah nikah terus ada surat, udah tercatat sama negara, punya cincin sebagai pengikat, itu baru bisa dipermasalahkan. Lah ini? Gak usah dipermasalahkan juga udah jelas-jelas masalah" waktu itu saya membenarkan ucapannya, dan iya memang benar. Kami bukan sosok yang anti pacaran seperti yang kamu kira kok. X ketika itu juga punya pacar, bahkan umur hubungan mereka sudah tergolong lumayan, 4 tahun, berbeda dengan saya yang baru pertama kali meniti karir dalam hubungan yang sayangnya belum sejauh mereka. Kami hanya berbicara realistis dari sudut pandang senormal-normalnya manusia yang terlepas dari pengaruh cinta-itu-buta.

Dalam agama saya sendiri, sebenarnya pacaran itu dilarang. Tapi gak munafik, ketika ada satu orang yang bisa ngasih kenyamanan berlebih, saat itu juga kita bisa mengabaikan larangan itu. Memang, kenyamanan itu bisa didapat dari banyak orang. Keluarga, sahabat, mereka selalu ada, tapi jangan lupa kalau Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan sehingga mau ngga mau kita membutuhkan lawan jenis yang mampu memenuhi separuh kita. Terlalu dini? Bisa dibilang seperti itu. Tapi, kembali pada kenyamanan, saya tidak bisa serta-merta menolak kenyamanan yang tidak dari semua orang saya mampu mendapatkannya.

Lalu, hubungannya dalam konteks masa depan, seharusnya, justru seorang kekasih yang baik itu mampu mengarahkan, menopang, dan memapah pasangannya ke arah yang lebih baik. Secara tidak langsung, 'lebih baik' yang mampu dihadirkan oleh kekasih tadi mampu membawa kita menuju masa depan yang juga lebih baik. Setidaknya, begitulah teori berbicara. Jadi, menurut saya sendiri, salah ketika seseorang berbicara mengenai kekasih (yang sebenarnya) dan masa depan secara berbanding terbalik. Kekasih yang benar tidak akan menodai, apalagi mengganggu keberlangsungan hidup kita saat ini yang mampu mempengaruhi masa depan. Dia akan senantiasa berdiri hanya untuk sekedar mengetahui bahwa apa yang kita kerjakan saat ini tidak menuntun kita ke arah yang salah.

Peduli. Ya, sudah jelas kekasih adalah salah satu sosok kerabat yang mampu memberikan rasa pedulinya pada kita. Tapi jangan salah, kita juga bisa mendapatkannya, dari keluarga, sahabat, bahkan dari temanpun kita bisa merasakannya. Hampir mirip dengan kenyamanan, peduli yang kita dapat dari kekasih itu akan terasa berbeda dibanding peduli-peduli yang dilontarkan sosok lainnya. Dalam konteks ini saya tidak pro ataupun kontra dengan pernyataan teman saya yang diawal telah saya kutip, hanya saja...ah terlalu sulit mengungkapkannya. Pada akhirnya, kekasih bukanlah sesuatu yang mampu dijadikan alasan pengganggu masa depan, kekasih memanglah terlabelling sebagai sosok yang satu-satunya terlihat mampu mempedulikan kita, namun ada kalanya kita sadar bahwa kepedulian mampu hadir dari siapa saja, bahwa banyak sosok yang menyayangi kita selain makhluk bernama kekasih di luar sana.


Read More