Thursday, March 15

PELARIAN

Di saat semuanya memaksa kita untuk menyerah, di saat dunia meminta kita untuk terjatuh, dan di saat tak ada seorangpun yang terlihat untuk bersedia memapah kita menuju daratan, di saat itu pula kita membutuhkan suatu pelarian. Suatu pelarian yang akan membuat kita melupakan dan mengacuhkan segala hal yang bisa merusak pendirian. Yah suatu hal yang bisa dengan mudahnya menghancurkan benteng pertahanan yang selama ini sudah kita bangun secara kokoh. Pelarian yang ─ sebut saja ini permainan menghindar-namun-pasti-akan-bertemu-juga ─ berujung untuk bertumpu dibalik sebuah topeng.

Setiap orang punya caranya sendiri dalam pelariannya itu.  Gak bagus emang menghindar, bahkan berlari dari masalah. Tapi terkadang, kita semua butuh itu. Kenapa? Karena gak setiap orang tahan untuk terus berlari mengikuti alur jalan yang penuh kerikil, and that's why terkadang kita butuh belok ke jalanan yang halus untuk mengistirahatkan kaki kita yang mungkin terluka karena terlalu lama bertahan di atas kerikil tajam itu sendiri. Ketika kita merasa udah cukup istirahat, baru kita melanjutkan perjuangan yang tadinya belum terselesaikan.
Sama halnya dengan ini. Sesuatu yang bisa mengalihkan kita dari hal-hal melelahkan, kita butuh itu. Contohnya gue. Di saat gue merasa dunia terlalu kejam untuk dijalani, di saat gue merasa langit begitu deket sama kepala gue, saat gue udah gak bisa berpura-pura kalo dunia terlalu indah & langit jauh dari kepala gue, saat itu pula gue butuh sesuatu yang bisa ngambil perhatian gue.

Cari kesibukan sama temen. Mencoba having fun sepenuhnya, sampe gak inget apa-apa lagi selain gimana caranya ketawa lepas, gak liat apapun kecuali kekonyolan kita, gak denger apapun kecuali suara ricuh gue dan mereka. Pokoknya ngabisin hari bareng mereka, bahkan nginep, itu cukup bagus buat dijadiin pelarian.

Novel. Yang satu ini emang mungkin cuma bisa efektif bagi beberapa orang, karena gak semua orang suka baca. Tapi gue? Gue suka baca buku cerita gitu, selama itu bukan pelajaran, karena kalo lo baca buku pelajaran, yang ada bukannya jadi pelarian tapi bunuh diri hahahaha. Eh kalo gitu mending baca buku pelajaran dong ya? Kan langsung mati tuh, gak bakal balik lagi ke masalah lo tadi wkwk. Jangan deng, bunuh diri itu musyrik, jadi ogah deh gue coba-coba baca buku pelajaran sebagai pelarian.
Bagi gue pribadi, ketika gue baca satu novel, otomatis otak sama pikiran gue bakal ngesiknronin diri buat ngebayangin apa yang lagi gue baca. Tau-tau aja semua ilang dan digantiin sama bayangan2 gue tentang cerita tadi. Gue selalu memosisikan gue sendiri di tengah-tengah cerita, seakan mengetahui semua pola pikir pelaku di cerita itu. Waktu gue baca novel tuh kayanya ada satu film yang lagi keputer di pikiran gue. Paham kan apa maksut gue? Yah intinya dengan baca novel, gue bisa berhenti sejenak mikirin hal-hal melelahkan karena gue terlalu sibuk buat ngebayangin kaya apa cerita yang lagi gue baca.

Tidur. Yak cara ini udah dijamin ampuh buat dijadiin pelarian. Tapi masalahnya..........apa segampang itu kita terlelap dalam tidur sedangkan banyak hal yang mengganggu pikiran kita? Banyak orang yang susah tidur waktu lagi banyak pikiran, tapi gak dikit juga yang bisa tidur dalam keadaan apapun. Jadi ya ini tergantung kita.

Like what i said above, setiap orang punya caranya sendiri dalam pelariannya. Dan tiga hal itu adalah cara gue dalam pelarian gue. Sepele? Banget.  Pengecut? Yah lumayan lah.

0 comments:

Post a Comment