Saturday, October 14

Kapan Nikah?

Hasil gambar untuk marry me tumblr
Sumber: on pict

Jadi di hari Sabtu ini saya dan salah satu kerabat saya, Gita, harus menempuh perjalanan dari Cibinong menuju Jakarta karena seperti biasa, tanpa direncanakan, kami menginap di rumah kawan kami Dinda yang kebetulan baru saja pindah dengan embel-embel mengantarkan ia ke singgasana barunya itu. Singkat cerita, embel-embel mengantarkan yang tadi disebut itu luruh begitu saja dan akhirnya kami menginap di sana karena kami punya bakat terpendam untuk merepotkan orang wkwkwk gak deng gak gitu juga.

Siang itu kami menggunakan jasa Commuterline untuk kembali ke Jakarta, dan seperti biasanya, saya mulai mengamati orang-orang di sekitar dan mencoba menerka juga mengomentari dalam hati apapun yang saya lihat kala itu. 
Ada dua laki-laki anak kuliahan yang mencoba menghabiskan waktu dengan mengobrol namun terlihat sedikit kesenjangan di sana yang saya asumsikan bahwa mereka bukanlah sahabat dekat. 
Ada juga segerombolan anak muda mungkin masih berada di jenjang SMA berkumpul di depan pintu kereta, dan ketika ada kursi yang tersedia, 2 perempuan di komplotannya segera melangkahkan kakinya ke tengah deretan kursi, dan ketika kereta mulai sesak, mereka masih saja duduk dengan manis tak menghiraukan orang-orang yang lebih diprioritaskan untuk duduk. 
Ada juga lelaki paruh baya dengan style yang santai dan tattoo kecil di kaki, sibuk sendiri dengan gadget yang dimilikinya namun dibalik itu semua ia masih memiliki rasa tanggap sosial yang tinggi.

Dari sekian banyaknya orang yang saya perhatikan, ada satu keluarga yang menjadi sorotan utama saya. Ibu dan dua anaknya yang masing-masing laki laki (kira-kira 7thn) dan perempuan (kira-kira 6thn) yang duduk di kursi pojokan khusus untuk prioritas. Diperlukan dua orang berdiri agar sang ibu dan kedua anaknya itu bisa duduk. Sejurus setelah sang ibu duduk, ia membuka tas, mengambil hp, dan sibuk dengan benda kotak di tangannya itu. Sedangkan kedua anaknya? Rusuh mengambil posisi duduk yang bisa menguntungkan kedua pihak.
Posisi itu bertahan mungkin sekitar 3-4 menit hingga kemudian sang ibu memarahi mereka dengan suara yang cukup keras dan bisa saya dengar dengan jelas (posisi saya di pintu sebrang kursinya).

Beberapa saat kemudian, saat saya mencoba memperhatikan orang lain, tiba-tiba keluarga tersebut kembali mengejutkan saya. Sang ibu kembali memarahi anaknya, kali ini yang laki-laki, dengan sebutan 'kurang ajar'. Wow. Saya takjub, dan langsung tepuk tangan. Ya nggak lah. Cuma takjub aja.

Kalo urusan marahin anak di tempat umum ya mungkin udah sering ditemui, tapi kalo ngatain kurang ajar ke anaknya sendiri yang saya perkirakan usianya baru 7 tahun itu.....antara jahat atau gak beretika sih :")
Emang, anaknya banyak tingkah banget dari yang saya lihat, tapi saya rasa bukan begitu cara mendidik anak yang benar, mengingat anaknya masih kecil dan tau sendiri itu adalah masa-masa kepribadian seseorang mulai ditata. Emang sih, saya belum berpengalaman dari mengurusi anak dan rumah tangga, tapi saya gak akan panggil anak saya kurang ajar di rentan usia segitu, kalo udah gede ya gak tau WAKAKAK.

Gak salah memang kalo pelajaran hidup bisa didapat dari mana saja. Melihat hal ini, saya semakin segan untuk cepat-cepat menikah. As you know, di usia saya ini adalah usia-usia di mana rekan-rekan saya satu persatu mulai memutuskan untuk menjajaki fase itu. Dan saya ga malu untuk mengakui bahwa awalnya saya iri. Bukan, bukan iri, tapi lebih ke perasaan 'ih pengen juga deh nikah' dengan membayangkan hidup berdua sama pasangan 24/7, siapa yang gak tergiur? wkwk. Tapi untungnya itu cuma euphoria sementara aja, and thx to you karena permasalahan kita ngebuat saya enek ketika ngebayangin nikah sama you haha curhat-_-

Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk menikah. Jangan cuma karena melihat kerabat yang satu persatu kian pergi atau bahkan mendengar cibiran orang-orang. Nikah itu diri sendiri yang jalanin, jadi jangan menikah hanya dengan modal ingin
Kehidupan setelah menikah itu akan berbeda, banyak aspek yang kamu pikirin. 
Apalagi jika kamu sudah dikaruniai buah hati, bakal lebih banyak lagi yang perlu kamu pelajarin.
Ya, intinya sih sebenernya menikahlah ketika kamu sudah siap. Dan tahapan untuk menuju siap itu sendiri menurut saya banyak yang harus direncanakan dengan perhitungan yang genap. 

0 comments:

Post a Comment